Di umur saya saat ini wacana tentang 'anak' adalah topik yang paling joss :))
Entah itu mengenai anak ke-1, ke-2 dst atau bahkan minimal sedang mengandung lah yaa, artinya sedang deg-deg an untuk jadi calon ibu.
Bagi mayoritas orang melahirkan dan memiliki anak itu adalah sesuatu yang penting, bukan berarti bagi saya ngga penting loh ya, hanya saja bahkan sebelum menikah saja saya sudah memiliki pikiran untuk adopsi saja, toh masih banyak anak yang bisa dan perlu untuk diurus.
hey wait, tapi itu sebelum menikah...setelah masuk area menikah ini, mau tidak mau hal tentang hamil dan menghamili ini menarik minat saya...daaan saya memutuskan akhirnya untuk siap hamil :)
Dan berhubung suami keturunan Batak (bukan bermaksud rasis loh ya :) pengen juga punya anak pertama kandung dan kemudian yg seterusnya diliat nanti (win-win gitulah cita2 adopsi masih bisa terkabul -ceritanya-).
Singkat cerita sampai hampir 7 bulan pernikahan kami (sekarang sih udah masuk ke bulan 8 ya) pada saat bertemu suami di Batam bulan lalu, yang ternyata gagal juga jadi dede :) saya ingat pernah mengajukan pertanyaan mengenai keturunan dan berlanjut pada percakapan ini :
saya : kalau aku ternyata ga bisa kasih kamu anak gimana?
suami : ya dicoba dulu aja
saya : iya kalau udah dicoba trus ga bisa juga gimana?
suami : ya kan di awal nikah ga di bilang aku nerima kamu jadi istri asal bisa punya anak, di janji pernikahannya juga ga ditulis anak
saya : deg..deg.. (kaget dalam ati trus diem :)
suami : mau apapun gimanapun balik lagi aja ke janji nikah kita ya
(sambil mengucapkan kembali sumpah pernikahan kami dengan urutan yang acak adut tentunya hehehe)
Lihat kan gimana suami saya yang suka bercanda, kadang asal jawab, cuek banget ngadepin kejadian2 di sekitarnya (dia bahkan lebih positive thinking daripada saya yang sukanya keburu ngamuk duluan :) ternyata bisa memberikan jawaban yang meneduhkan...dannnnn saya sendiri aja ngga ingetttt untuk balik ke dasar kami membangun pernikahan kami.
He's so sweet...dan ini adalah kejadian ke-2 suami saya yang ganteng ini mengingatkan tentang janji pernikahan kami. yang pertama akan saya bahas di lain waktu kali ya :p
Pernah liat quote ini, tapi lupa dimana dan siapa yang bilang (maaf >.<) :
"Janji itu diucapkan pada saat mentari bersinar, tetapi ditagih pada saat hujan badai."
Yup, kami mengucap janji pada saat dipuncak kesenangan kami, tapi apakah kami siap pada saat janji itu ditagih, terutama saat lingkungan tidak mendukung?
Saya yakin, selama suami saya siap, saya juga siap, karena dia adalah kepala hidup saya, wakil BIG BOSS dari surga :)
Pernikahan ini masih muda, semoga bisa menua dengan bijak. Amin.
"Janji itu diucapkan pada saat mentari bersinar, tetapi ditagih pada saat hujan badai." |
No comments:
Post a Comment