ngga sengaja aja sih nonton pilem Serdadu Kumbang ini, ngga pake direncanain, diajakin sama icha n langsung browsing2 jadwal mainnya langsung deh capcus ke Amplaz malemnya...menurut saya inti cerita, pemain, background, backsound dan overall memadai, menghibur dan menginspirasi :D tapi bagi saya yang lebih suka detail cerita yang alur lompatannya ngga bikin mikir harus disambung2in kemana ini ceritanya, maka saya kurang puas dengan potongan adegannya...yah namanya juga cuma 1 jam 45 menit sih ya :p tapi cukup bikin nangis koook...saya suka pemain2nya yang fresh dan pemandangan yg luar biasa yg ada di Indonesia (ini di NTB ya?) ciri khas produksi Alenia...love it d^^b
ada 1 inti yg sangat menarik perhatian saya, yaitu ttg lemahnya sistem pendidikan di Indonesia Raya tercinta ini...dimana keadilan dunia pendidikan belum merata, ada adegan dimana sistem pendidikan terpusat yang abal2 ini (alias ngga jelas, ngga seimbang antara yg pelosok dan bandingkan saja dengan jawa) meruntuhkan mimpi seorang anak yg notabene disini diceritakan dia yg paling pintar di daerahnya...saya yakin ko itu bukan sekedar cerita, berapa banyak anak2 yg termasuk pintar tapi menjadi tidak lulus dengan sistem penilaian terpusat yg dibuat? pernah ingat ada kasus serupa tp saya lupa detailnya (kebiasaan, maap :) atau di lain pihak ada berapa banyak anak yang sebenarnya tidak mampu dinaikkan kelas agar prosentase kelulusan tampak baik atau yg lebih parah (biasanya terjadi di kota besar) atau di lain pihak apabila orang tua punya uang, kasih aja amplop, beres sudah persoalan (ehehehe, ngga munafik, ini juga terjadi di sekitaran kos saya), atau berapa banyak anak kuliahan terutama yang kuliah di jawa dan berasal dari luar jawa bahkan belum mengerti instruksi yg diharapkan dimengerti oleh anak seusianya atau menulis dengan benar (maaf, bukan bermaksud meremehkan dan tidak semuanya lohh, hanya saya pernah menemui kasus2 seperti ini) kalau mau dirinci banyak dan bakalan panjang, tapi so far udah dapet bayangan kan ya? bahkan yang paling menyebalkan adalah bagian dimana guru sebagai sosok yang selayaknya di gugu lan ditiru saat ini hanyalah menjadi profesi 'cadangan' daripada ngga ada kerjaan...berapa banyak coba akhirnya anak yg mengambil jurusan keguruan hanya karena ngga diterima di jurusan idamannya? 'daripada ngga kuliah' dan kemudian menjadi guru dg alasan 'daripada ngga kerja' banyak sekali alasan seperti ini bertebaran, daaan jadi pengen kesel kalau pada saat interview nemu oknum2 menyebalkan seperti ini, mereka ngga ada hari untuk mengajar dan apa yang diharapkan dari muridnya kalau begitu? see, ada hubungan sebab akibatnya disini...
dengan adanya cerita ini saya jadi memiliki pikiran untuk bertekad (masih 'kalau' soalnya ;) bahwa saya tidak akan membiarkan anak saya nantinya terjebak oleh sistem dimana nilai 1-10 yang jadi patokannya...biarlah dia berkembang sesuai tugas perkembangannya.. banyak juga ko di jogja dan bbrp daerah lainnya para insan yang pduli dg pendidikan yang sederhana, menggunakan alam dan lingkungan sekitar, membebaskan anak berekspresi, mengajarkan moralitas dg cara yg sehari-hari malah menjadikan murid2nya kritis yang empatis....saya juga ingin menjadi bagian dari sistem pendidikan yg seperti ini yg tidak merebut dan meruntuhkan impian maupun kebahagiaan seorang anak hanya dengan nilai dan pernyataan 'lulus' atau 'tidak lulus'...tidak mudah memang, well saya akan menyiapkan diri untuk prosesnya..
oia, selain itu, yg tidak kalah saya sukai dari film ini adalah soundtracknya yang dinyanyikan oleh Ipank,,dimana di dalamnya ada lirik yang cukup membangun dan menjadi soundtrack saya bbrp hari ini dalam mengerjakan tugas pertesisan serta menata mimpi saya kembali....
"....jalan masihlah panjang,
banyak keinginan yang harus dilupakan
masih harus berjuang,
percayalah masih ada banyak harapan
terbanglah terbang, raihlah mimpi,
janganlah berhenti, terbang raihlah mimpi
terbanglah SERDADU KUMBANG.."
No comments:
Post a Comment