Ngga terasa sudah mau habis juga September 2014 dan menjelang Oktober 2014 :) Oktober itu adalah bulan saya karena dia adalah bulan ulang tahun saya dan ulang tahun ponakan kesayangan, bulan dimana akhirnya saya menyelesaikan S2 saya serta bulan dimana akhirnya saya melepas masa lajang. semoga Oktober 2014 ini membawa berkahnya sendiri ya :)
Tahun 2014 ini secara hitungan waktu sih sudah berjalan 2 tahun ya pernikahan saya dan suami, tapi secara kenyataan kami baru menjalani rumah tangga sesungguhnya alias gabung jadi satu rumah ya baru 6 bulan (jalan 7 bulan ding) di tahun 2014 ini.
Trus sisa waktunya kemana? Sejak 2 hari setelah sah menjadi suami-istri, saya sudah ditinggal suami kembali ke kota asal karena cuti menikahnya sudah habis :D Ya, 1,5 awal tahun pernikahan kami menjalani yang mungkin bisa di sebut long distance marriage jenjang tertingginya long distance relationship alias LDR hehehehe sok-sokan ada perjenjangan ya. Kami harus berpisah sementara karena saya mesti menyelesaikan kuliah S2 saya di Jogja sementara suami harus kembali ke kota Batam untuk bekerja. Orang lain yang biasanya mendengar kisah kami di awal pernikahan ini responnya sebagian besar sama yang lebih menggambarkan keheranan kok bisa ya, kok tahan ya, kok mau ya. Lah gimana wong memang keputusan kami berdua saat itu memang seperti itu hehehe
Kalau ditanya kok bisa, ya bisa-bisa aja, karena sebelumnya kami sudah terlatih menjalani LDR. Kalau mengenang masa lalu *ihik* saya dan suami berpacaran sejak 17 Agustus 2003, tapi pada Januari 2005 pada saat saya keterima kerja di ibukota itu adalah awal kami menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Kalau mau pencitraan ya sampai Oktober 2013 kami berarti pacarannya sudah 10 tahun ya :))) pencitraan positif karena sebenernya ya putus sambung, pertengkaran sana-sini, cemburu gitu-gini, permasalahan itu-ini, de-el-el, de-es-be. Tapi kalau masalah putus ini suami pasti ngga terima karena kalau menurut beliaunya permintaan putus selalu datang dari saya dan beliau ndak pernah mengiyakan, jadi versi pacarannya suami lebih langgeng dibandingkan putus sambung versi saya >.<
Kalau ditanya resepnya apa, saya sendiri ndak tau, tapi yang sudah pasti ya karena pacar saya waktu itu (alias suami saya sekarang) yang kekeuh bertahan dan ngejar mulu ngajakin nikah :D bener loh, banyak banget pengorbanan yang dilakukan sampai pernah pindah dari pekerjaan di Tarakan hanya karena saya ngga mau ikut tinggal di Tarakan padahal pada saat itu saya tidak menjanjikan apa-apa. Sampai akhirnya tetap dipinang padahal saya belum lulus studi hehehe, udah gemes palingan ya :p
Ini kondisi suami dan saya baru-baru ini (sekitar 3 minggu yang lalu :) sudah sama-sama semakin membulat dan makin banyak permasalahan rumah tangga yang kami hadapi, tetapi yang masih sama seperti di awal kami pacaran ya suami sih yang lebih sabar dan ngalah. Jangaan salah, sejak menjadi seorang istri, saya juga sudah mengalami banyak perubahan, jadi lebih manusiawi dan lebih sabar :D *ini penilaian saya oh ya* Kalau awal masih LDM lebih enak, ngga perlu ketemu dan meredam emosi lebih gampang. Kalau sekarang, gimana mau kabur, oknumnya ketemu lagi di rumah, yang di lihat ya dia lagi dia lagi :D apalagi dengan intevensi keluarga dari pihak suami yang budayanya sangat berbeda sekali dengan nilai-nilai moral yang saya anut, beugh jangan tanya gimana porak porandanya kami beradaptasi, kerasanya baru sekarang booook *tarik napas dalam-dalam sambil bilang aku rapopo :p* Masih seumur jagunglah kalau dibandingkan dengan keluarga muda lainnya...semoga menjelang 2 tahun pernikahan ini kami semakin sama-sama lebih dewasa dan bisa lebih bijaksana menghadapi permasalahan (yang sebenernya sih muter-muter di situ-situ aja dan ada pihak-pihak yang kadang ngga merasa bahwa intervensinya sudah kelewat batas dan beberapa hambatan hubungan lainnya, wajar sih ya namanya juga 2 otak 2 hati jadi 1 rumah :D ya selama masih di kota ini sepertinya bakalan gini-gini aja :D) semoga tahun depan lebih bisa siap menjadi orang tua, karena kalau tahun ini sepertinya masih tahun kami beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga ya. semoga. amin :) |
amin aminnn. ada berkahnya juga ya mbak, mungkin memang dikasih jalannya begitu, diminta serumah dulu terus saling cocok-cocokan baru 'jadi' deh :D :D
ReplyDeletetapi eh tapi, ga tau sih, ketemu sehari-hari sama LDM itu emang beda dinamikanya yaaa. aku sih setelah 3 tahun ketemu tiap hari, begitu LDM n jadi suami-istri Sabtu-Minggu, rasanya lebih kangen n lebih hepi, malah kayak pacaran lagi hihihihi
oh maaiiii, apalah aku ini, ada yg komen baru nyadar pas udah ganti taun >.< iyaaaa, meskipun lebih banyak dinamika dan lika likunyaa (dramaaa jugakkk :D) lebih plong pas udah nikah dibandingin pacaran, pas kalau ada apa2 lebih cepet baekan juga :p
DeleteHuwaa mbak Okta, kisahnya seru ajah :p. Jadi belajar banyak juga nie dari kisah mbak Okta.
ReplyDeleteTanya donk mbak (out of topic sih nie), terserah mau dijawab dimana (disini, di email apa di bbm), yg penting dijawab (maaf mekso, hehe). .kata temen-temen di kantor, cowok beda ya sebelum & sesudah menikah? benarkah mbak? :D
Lisaaaa, maapkeuun ya baru ngeh ada komen >.< sebenernya bukan cowonya ada sih yang beda Lisa, kitanya juga berubah secara ga langsung...apalagi pada saat sudah memasuki ranah "keluarga besar" atau ada sikap/sifat yang terbawa akibat asuhan masing2 keluarga yang tentu aja bakalan ketauan setelah sehari-harian ketemu...ada tuntutan tanggungjawab yang beda...dan sebagian besar sih ya yang aku liat (dan rasakan sekarang hehehe) pria itu pada saat sudah merasa tenang di rumah (merasa sudah ada istri yang handle) mreka memang tidak terlalu involved dengan mslh rumah tangga tapi lebih ke kerjaan, pdhl kita pengennya mereka juga terlibat kan dalam "rumah" ya ini proses sih, ntar lama2 paham juga kebiasaan masing2...mungkin itu yg dimaksud berubah, kalau pacaran kan rasanya perhatiaaaannnn banget ke kita :D sebenernya perhatian juga, cuma kadarnya berbeda, semoga bisa paham maksudku.
DeletePerubahan apapun yang mnjadi dinamika rumah tangga ga akan pernah habis Lisa, akan selalu ada, mulai dari memutuskan ambil sofa yang mana, bayar apa dulu, ikut pertemuan keluarga apa engga, dll dll, belum lagi kalau ada intervensi pihak luar yang ga cocok sama kita, beda kebiasaan, wah seru itu,kadang berurai air mata X),,,pacaran ga kerasa karena 'dunia'nya beda :)
udah ada rencana menikah kah? jangan lewatkan persiapan pernikahan yang diadain gereja ya, itu cukup membantu sebagai dasar :)
Semoga diberi kebahagiaan dan kelimpahan selalu ya :-)
ReplyDelete