May 22, 2011

Pro life vs pro choice?

hmmm,,,pernah ditanyain seperti itu? ya saya pernah....pembahasan ttg aborsi ini emang ga akan pernah ada habisnya terutama dengan adanya isu per-HAM-an...kalau dari kacamata pribadi saya, sampai saat ini saya masih pro life dong....gimana mungkin memperhatikan ham dari sisi ibu (kalau pro choice) sementara hak asasi si bebi ngga diperhatikan...remember, Tuhan sendiri yang menenun si bebi sejak dia dalam kandungan --> ini yang jadi pegangan saya sampai saat ini juga saat saya ngerasa rendah diri alias minder ;p

terutama apabila si bebi muncul karena 'kesalahan' yang pernah dibuat oleh calon ayah dan bundanya...tapi siapa yang jadi korban? si kecil dan tentunya si calon ibu juga secara mental maupun fisik...secanggih dan sestreril apapun alat yang digunakan tetep akan meninggalkan trauma tersendiri buat pelaku...memang mungkin tidak akan mudah apabila sudah berhadapan dengan yang namanya kejadian pemerkosaan (dimana kehadiran si bebi ngga diinginkan calon bundanya) yang terjadi karena pemaksaan atau pada saat sang bunda menderita penyakit yang membuatnya memilih dirinya atau jabang bayinya.... sampai saat ini dengan keegoisan pribadi saya, ko tetap memilihi pro life ya? mungkin gampang pada saat hanya mengucapkan, tapi saya berusaha menempatkan diri pada saat seperti itu, masih ada beberapa pilihan lagi yang saya bisa dapatkan antara lain memberikan si bebi pada keluarga yang memang menginginkan kehadirannya tetapi sang bunda belum diberikan jalannya....atau pada saat saya sakit ya saya tetap akan mempertahankan dia karena saya yakin Tuhan punya rencana dan kuasa...ngga papa saya meninggal tapi si bebi akan memiliki banyak orang yang akan menyayangi dia (tentu saja ini sudah dengan persiapan dan pemikiran dan tentu saja kerjasama dengan suami terlebih dahulu loh ya...) itu dari pihak saya sebagai pengikut pro life...dan saya ngga bisa menerima alasan bahwa wanita single parent itu ngga bisa survive wong buktinya ibu saya membesarkan saya sebagai ibu tunggal selama 23 tahun,,,sampai bisa menyekolahkan saya sampai hampir s2 begini..bukan dengan kekuatan sendiri tentunya, ada campur tangan Tuhan juga disitu, tetapi ada bukti nyata kalau mau ya tentu aja bisa, right?

tetapi ada pertanyaan lain yang muncul, bagaimana bila secara profesional atau sebagai seorang konselor saya dihadapkan pada klien yang ternyata memilih untuk menggugurkan kandungannya? hmmm, sebelumnya pasti saya akan mengusahakan bahwa masih ada loh pilihan lain selain aborsi...terlepas karena apakah kehamilan itu terjadi...tapi kalau calon bunda tersebut sudah memilih (tentu saja dengan pilihan yang dibuat dengan sadar bukan yang sekedar emosi sesaat yang akan disesalinya) mungkin saya akan mendukung mungkin loh ya, karena yang akan saya lakukan adalah merujuknya pada konselor lain...saya plin-plan? bisa saja dibilang seperti itu, tapi saya tidak bisa dan tidak ingin mejadi pendukung pembunuhan yang akan dilakukan... hal lain adalah, calon bunda punya hak bicara, punya hak memilih tetapi bagaimana dengan calon bebi? dia masih belum bisa bersuara apalagi berteriak, bagaimana dengan keinginannya??? masih banyak hal yang harus saya pelajari untuk memperkaya dimensi pemikiran saya mengenai aborsi ini...saya masih ada di dasar sekali....namun, saya tetap masih dengan pro life...that's it...do you have any other idea or perception? let's share....

u couldn't do a bad things to this lil cute creature don't u? (Zara 7 bln di perut ami nurul :)

No comments:

Post a Comment