November 24, 2018

Media Sosial Itu Jamu atau Racun?


Halo Sobat pembaca Dancinglady08 alias Sobat Delight, pasti pada punya media sosial kan yaaa. Media tempat kita bisa berbagi dan mendapatkan segala informasi secara online. Dimana kita ngga perlu jauh-jauh tinggal klak-klik membuka link yang tersedia. Selama kuota internetnya juga jalan ya, hehehe. Begitu banyak kemudahan yang diberikan di tengah tersedianya berbagai media sosial yang ada di saat sekarang ini.

Bagi mereka yang suka foto-foto dan videoan bisa berinstagram, yang suka menjalin keakraban bisa berfacebook, yang suka cuit-cuit singkat bisa bertwitter, yang suka cari-cari tentang pekerjaan bisa berlinkedin, yang suka kreasi konten bisa beryoutube, yang suka masak-masak bisa bercookpad, yang suka menulis bisa ngeblog. Masih banyak juga sih aplikasi media sosial lain yang bisa kita pilih sesuai dengan kebutuhan, tetapi yang saya sebut sebelum ini yang umum pasti sobat Delight minimal punya 3 kan? Hayo ngaku hehehe.

Itu baru saya sebutkan secara satu-persatu, padahal di dalam Instagram, misalnya, ngga cuma foto dan video kenarsisan saja yang dibagikan. Bisa ada foto/video makanan tapi disertai resep, foto/video anak tapi disertai tips parenting, foto/video tanaman tapi disertai tips perawatan, foto/video pemandangan tapi disertai tips perjalanan yang mudah meriah, foto/video makanan tapi disertai latar belakang asalnya, foto/video buat jualan cari duit, daaan lain sebagainya. Bahkan kadang antara foto/video sama caption yang diberikan tidak nyambung tapi tetep bisa kita baca. Atau bahkan kita ngga dapat apa-apa dari foto maupun caption tapi dapatnya dari komentar-komentar para penggunanya di kolom yang disediakan. Iya atau iya?

Belum lagi dari aplikasi lainnya yang arus informasinya juga berubah dalam hitungan detik. Banjir informasi ini melalui media sosial ini, kalau menurut saya bisa menjadi jamu atau racun. Mengapa?

Jamu. Sobat Delight pernah merasakan ramuan-ramuan tradisional ini kan? Bahkan dalam bentuk modernnya ada yang disebut juga infused water atau penganan herbal lainnya. Kalau kita mengkonsumsinya dengan porsi yang benar dan sesuai akan menjadikan kesehatan kan buat tubuh? Meskipun sebenarnya kalau ngga dikonsumsi pun tidak berdampak signifikan terhadap tubuh. Pemilihan jamunya pun dari berbagai variasi bahannya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan kita untuk mendapatkan manfaatnya yang optimal. Sama seperti media sosial, ngga dipakai pun ngga apa-apa, tapi kalau dipakai dalam porsi yang pas yang akan membantu pengembangan diri kita juga baik dalam kehidupan sosial maupun dalam penyelesaian pekerjaan/tugas.

Racun. Sobat Delight tahu racun kan? Dia bisa muncul dalam bentuk apapun bahkan dalam bentuk makanan yang paling enak sekalipun tetapi yang bisa diteruskan dikonsumsi akan membunuh kita baik secara perlahan atau cepat. Jamu yang awalnya untuk tujuan menyehatkan yang dikonsumsi tidak pada porsinya ya lama-lama akan meracuni tubuh juga. Ginjalnya bisa rusak, terus merambat deh ke bagian-bagian tubuh lain yang membuat fungsinya menjadi tidak prima. Sama seperti media sosial yang disalahgunakan akan menjadi racun dalam hidup kita baik itu kita menjadi sinis terhadap orang lain, dihinggapi penyakit hati, bahkan kecanduan hal yang porsinya berlebihan sehingga kita melupakan tugas dan kewajiban kita dalam bekerja maupun bersosialisasi.

Nah, siapa nih yang bisa menentukan media sosial menjadi jamu yang tokcer atau racun yang moncer? Ya sudah barang tentu si pengguna media sosial itu sendiri. Siapa? Ya diri kitalaaahhh. Pernah dengen kan bahwa yang menentukan itu adalah the man behind the gun. Percuma senjata, bahan, alat atau medianya canggih kalau the manuser, pemakai,pelakunya ngga mumpuni. Atau sebaliknya senjata, bahan, alat atau media yang tampak biasa saja malah bisa jadi bernilai tinggi di tangan pengguna yang mumpuni. Jangan sesekali menyalahkan orang atau pengguna lain yang menggunakan jalur yang sama dengan yang kita gunakan. Kita ngga pernah bisa mengontrol orang lain, tetapi kita bisa mengontrol diri sendiri. STOP BLAMING, START COACHING YOUR CORTEX. *iklan lagi ehehehe. Salam Delight.

No comments:

Post a Comment